Kamis, 20 Maret 2008

Ke Mana ''Tiwul-tiwul'' Itu ?

Wonogiri kehilangan banyak mutiara yang dalam konteks ini saya sebut ''tiwul'' untuk menggambarkan bahwa citra kemiskinan itu sebenarnya amat berharga.
Biasanya, setelah lulus perguruan tinggi ''tiwul-tiwul'' itu berdiaspora atau menyebar ke kota-kota lain untuk mengembangkan diri (sebagai pengganti halus mencari sesuap nasi).
Kalau saja ''tiwul-tiwul'' cemerlang itu sebagian mau kembali, istilahnya membangun kampung halaman sendiri, tentu Wonogiri akan cepat melaju.
Tetapi tanpa banyak ''tiwul'' pun Kota Gaplek atau Kota Gandul itu kini telah maju. Mungkin yang dibutuhkan adalah sumbangan pemikiran dan sumbangan dana untuk membantu percepatan kemajuannya.
Jika seorang ''tiwul'' menyumbang Rp 10.000 saja per bulan, betapa besar dampak yang ditimbulkan.
Namun ke mana ''tiwul-tiwul'' yang sebagian telah sukses sebagai pengusaha, birokrat, dan berbagai profesi itu ?

Tidak ada komentar: